Kamis, 01 Januari 2009

Mencapai Orgasme Ideal (2)

Memang masalah orgasme selalu krusial dalam hubungan seks. Patut disadari bahwa tidak semua orang bisa merasakan orgasme dalam berhubungan seks. Jumlah laki-laki yang tidak dapat merasakan orgasme setiap hubungan seks lebih sedikit disbanding wanita. Bahkan boleh dikatakan semua lelaki normal merasakan orgasme tiap mereka berhubungan seks.

Bagi wanita yang sukar mendapatkan orgasme, bisa berkonsultasi kepada dokter atau psikiater. Nasihat mereka sedikit banyak pasti akan membantu.

Dalam usaha mencapai puncak hubungan seks, biasanya pria lebih banyak berperan. Apabila pria tidak bisa mengendalikan diri dan membuat permainan yang disukai keduanya, maka bisa jadi orgasme hanya bisa dinikmati oleh pria saja. Tercapainya orgasme pasangan wanita tergantung pula pada usaha pasangan pria. Karena pria lebih cepat terangsang dan mengalami orgasme. Seringkali suami sudah mengeluarkan sperma, istri belum apa-apa. Jadi, prinsip utamanya adalah suami mampu menahan keluarnya sperma sampai minimal istri orgasme terlebih dahulu. Kalau suami ejakulasi terlebih dahulu, ia akan sulit membangkitkan penisnya. Otomatis kegiatan seks akan terhenti. Padahal istri sedang dalam kondisi ‘naik’ atau hampir mencapai puncak. Yang akhirnya terjadi adalah sang istri kesal dan marah-marah. Dan yang lebih parah, istri kemudian trauma untuk berhubungan seks lagi. Sementara suaminya pun minder karena tidak bisa tahan lebih lama.

Dalam proses berhubungan seks, ada beberapa fase yang terjadi pada masing-masing pasangan. Adalah ideal bila suami dan istri mengalami fase-fase itu secara bersamaan. Saat istri mengalami fase pertama suami juga mengalaminya pada saat itu pula. Demikian pula pada fase kedua dan seterusnya sampai terjadi orgasme. Walaupun tidak mudah mendapatkan hal itu, tak ada salahnya mengetahui fase-fase itu. Barangkali berguna untuk saling mengepaskan fase dalam proses hubungan seks.

Senin, 29 Desember 2008

Mencapai Orgasme Ideal

Orgasme bisa dicapai dengan sempurna bila hubungan seks dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah. Berdasarkan penelitian, perasaan bersalah atau tempat melakukan hubungan seks kurang nyaman bisa mengurangi kenikmatan seksual itu sendiri. Dari semua penyimpangan hubungan seks, baik pria maupun wanita, kenikmatan yang didapat adalah kenikmatan semu. Bagi pria, mereka hanya mengeluarkan sperma saja (ejakulasi) yang kenikmatannya tidak lebih seperti orang yang sudah ‘kebelet’ buang air kecil, ia menemukan toilet, lalu buang air dengan lega.

Oleh karena itu sumber utama datangnya orgasme adalah adanya hubungan mesra antara suami dan isteri sehari-hari. Suami sebagai kepala keluarga melindungi istri dari segala bentuk gangguan. Memberikan ketentraman jiwa dan raga. Tak lupa pula memberikan nafkah yang cukup. ‘Keperkasaan’ suami (tidak perlu berujud kekuatan fisik) dalam bertanggungjawab dan melindungi anak istrinya akan membuat suasana aman dan nyaman bagi istri. Peran suami yang demikian itu dilakukan karena saying dan cintanya pada istri. Tujuannya adalah satu, yaitu untuk mewujudkan keluarga yang mawaddah dan penuh rahmat Allah. Keberadaan suami yang demikian akan membuat istri menjadi hormat dan saying padanya. Selanjutnya ia akan setia dan pasrah terhadap apa yang akan suami lakukan padanya. Dan istri yang taat setia, selalu menyenangkan bila dipandang, menjaga kehormatan dirinya, harta dan wibawa suami. Istri yang demikian akan membuat suami bertambah saying dan memuliakannya.

Keluarga yang mawaddah dan penuh berkah merupakan sumber utama hubungan mesra suami istri yang sejati. Dan disitulah hubungan seks yang penuh kenikmatan akan dilimpahkan Allah dalam bentuk orgasme yang nikmatnya tiada tara. Orgasme yang sempurna akan didapatkan oleh pasangan suami istri ideal tersebut.

Setelah masalah psikis dalam hubungan kedua suami istri tidak ada, barulah kita bicara masalah teknik pencapaian orgasme tersebut. Artinya tidak banyak gunanya kita berbicara panjang lebar bila dalam hubungan suami istri tersebut masih dirundung masalah dendam, cemburu atau penyakit psikologis lainnya, terlebih bukan hubungan suami istri.

Yang perlu diingat, hubungan seks atau orgasme tidak saja dipengaruhi oleh factor fisik saja, tapi factor psikis juga berperan penting.

Sabtu, 27 Desember 2008

Studi Kasus Orgasme

Belakangan banyak seksolog yang berkesimpulan bahwa ejakulasi tidak sama dengan orgasme.

Untuk membuktikan hal tersebut akan diberikan contoh seperti dibahas dalam buku yang sama. Johnny dan istri (nama samaran) datang berkonsultasi ke seorang seksolog. Mereka mengeluhkan sang suami tidak pernah lagi mengalami orgasme. Katanya, gangguan ini datangnya tiba-tiba, padahal perkawinan sudah berusia enam tahun. Pada saat hubungan seks, kadang berlangsung sampai dua atau tiga jam tapi tidak berhasil mencapai puncak. Akhirnya istrinya menyerah dan setiap selesai hubungan seks mereka tidak bisa tidur nyenyak. Sang istripun kemudian menjadi enggan melayani suami. Setiap berhubungan seks dia merasa lelah bukan main. Seluruh tubuh menjadi terasa pegal dan sakit.

Setelah melalui proses penelitian terhadap hubungan kedua pasangan tersebut pada saat sebelum terjadinya problem itu ternyata didapat sebuah kajian menarik. Ternyata Johnny menyimpan dendam dan marah terhadap istrinya. Perasaan suami ini berasal dari adanya hubungan antara sang istri dengan bekas bosnya sendiri yang telah berlangsung selama tiga tahun. Ini diketahui berdasarkan pengakuan istrinya sendiri. Lantaran rasa marah kepada istri, kemudian Johnny meninggalkan rumah. Namun, sesudah satu minggu, Johnny kembali lagi. Kerinduan dan kecintaan pada istri dan anak meluluhkan emosinya. Menurut pengakuannya, bagaimanapun buruknya kelakuan istri, ia tetap mencintainya. Kemudian mereka sepakat untuk hengkang dari lingkungan itu dengan harapan tidak bertemu lagi dengan sang bos laknat itu. Mereka ingin membuka lembaran hidup baru. Selama rumah tangga bergejolak, mereka tidak pernah melakukan hubungan seks. Setelah pindah baru mereka kembali mesra. Namun setiap hubungan seks selama dua atau tiga jam, Johnny tidak bisa orgasme. Demikian berulang-ulang setiap hubungan seks.

Ternyata rasa benci dan dendam Johnny belum hilang. Namun, disisi lain ia tetap mencintai istrinya. Benci dan cinta membuat orgasme tak kunjung datang. Rupanya, di balik kegagalan itu dia melampiaskan rasa marahnya, membalas dendam pada istrinya. Inilah gejolak jiwa yang bermain di belakang. Di luar sadarnya ia ingin menyiksa isterinya. Setelah latar belakang ini terungkap, selesailah problem kejiwaan mereka dan mereka bisa kembali merasakan ejakulasi pada setiap berhubungan seks.

Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa datang orgasme sebenarnya dikoordinasikan oleh otak, bukan masalah fisik semata. Adanya rasa dendam, benci dan marah membuat otak tidak mengkoordinasikan orgasme pada tubuh. Otaklah yang mengatur orgasme dan tingkat kenikmatan. Kalau otak terganggu maka orgasme juga akan terganggu atau akan berkurang kenikmatannya. Ini sering kita dapatkan pada orang-orang yang memuaskan nafsu seksualnya dengan pelacur atau dengan onani. Karena perasaan bersalah, berdosa atau kurang nyaman maka orgasme tidak akan tercapai walaupun air maninya keluar. Jadi, otaklah yang paling berperan dalam mencapai orgasme.

ORGASME Vs EJAKULASI

Gagalnya mencapai orgasme tidak berarti seseorang tidak mendapatkan kenikmatan hubungan seks. Bagi pria, orgasme tidak sama dengan ejakulasi.

Memang agak sulit membedakan antara ejakulasi dengan orgasme mengingat datangnya kedua hal tersebut hampir selalu bersamaan. Karena itu banyak pula yang beranggapan bahwa wanita juga mengalami ejakulasi, yaitu menyemprotkan air mani dari dalam vaginanya pada saat ia mengalami orgasme.

Sebenarnya pandangan itu tidak tepat. Sebab, wanita tidak memancarkan air mani ketika orgasme. Hanya keluar sedikit air lendir untuk membasahi vaginanya ketika ia terangsang. Dan cairan ini tidak berhubungan dengan terjadinya orgasme.

Persoalan hubungan orgasme dengan ejakulasi ini terus diteliti. Apakah orang yang tidak dapat ejakulasi bisa mencapai orgasme, atau dengan kata lain orang yang telah mengeluarkan sperma berarti telah merasakan orgasme. Mengapa orgasme sering datang bersamaan dengan ejakulasi.

Apakah ejakulasi menjadi pemicu terjadinya orgasme, yaitu keluarnya air mani akan menyebabkan tubuh terkontak dan terjadilah orgasme atau orgasme terjadi kemudian ‘memerintahkan’ air mani untuk memancar?

Kamis, 25 Desember 2008

APA ITU ORGASME?

Dalam berhubungan seks, seorang pria maupun wanita akan merasakan rangsangan birahi yang kuat. Rangsangan itu semakin kuat dan akhirnya tiba pada puncak kenikmatan seksual. Pada saat puncak itulah terjadi apa yang dinamakan dengan orgasme.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa orgasme adalah puncak kenikmatan yang didapat dari proses hubungan seks. Biasanya ditandai dengan ejakulasi (keluarnya, atau lebih tepat memancarnya air mani) pada pria. Sedang pada wanita kadang tidak secara nyata ada buktinya. Seperti halnya pria, biasanya kalau wanita mengalami proses orgasme didahului dengan gerakan-gerakan yang makin cepat dari vaginanya memainkan penis. Dan yang jelas, selama orgasme puncak kenikmatan itu dirasakan dengan menahan nafas dan mengeratkan pegangan, keluarnya keringat dan otot-otot berkontraksi, menegang seperti kena strum, kemudian diakhiri dengan lemasnya tubuh dan kepuasan yang mendalam.

Pria yang dalam berhubungan seks lebih cepat terangsang, biasanya lebih cepat terangsang, biasanya lebih cepat pula mengalami orgasme. Untuk pria yang naluri seksnya normal orgasme hanya bisa dicapai satu kali. Perlu waktu cukup lama untuk ereksi dan meningkatkan kembali gairah seksualnya. Wanita, walaupun lebih susah ‘naik’ tapi lebih beruntung karena bisa orgasme lebih dari satu kali. Secara ekstrim, seorang wanita bisa orgasme delapan kali dalam satu kali hubungan seks, baik disela istirahat maupun nonstop.
Walaupun demikian, ada pula wanita yang kurang beruntung dalam mendapatkan kenikmatan orgasme. Artinya, meski rangsangan sudah maksimal dari pasangannya, wanita tersebut gagal atau tidak bisa sampai menuju puncak hubungan seks. Banyak hal yang menyebabkan kegagalan seorang wanita untuk mencapai orgasme. Faktor terbesar adalah masalah psikologis.
Misalnya, ia punya pandangan negatif terhadap pasangannya atau pria pada umumnya. Atau bisa jadi ia belum siap untuk melakukan hubungan seks. Bisa pula ada hal terpendam pada diri wanita tersebut pada suaminua yang melalui alam bawah sadar keluar begitu saja.

Selasa, 23 Desember 2008

TENTANG ORAL SEKS

Bahwasanya setelah terucapnya ijab qabul antara mempelai pria dengan mertuanya, maka seluruh aktivitas kedua insan suami istri boleh-boleh saja kecuali yang dilarang. Pengecualian ini menandakan bahwa yang dilarang itu tidak banyak. Al-Qur`an sendiri sudah menyuratkan dalam surat Al Baqarah 223, “Istri-istrimu adalah lading tempat engkau bercocok tanam. Maka datangilah ladangmu itu dari mana saja engkau sukai.”

Bagaimana dengan oral seks?

“Memainkan alat kelamin dengan mulut pasangannya untuk mencapai orgasme”.
Boleh dibilang oral seks adalah variasi dari posisi dalam berhubungan walaupun tidak terjadi penetrasi. Bahkan orang barat tidak jarang melakukan posisi oral yang dinamakan dengan posisi 69 (sixty nine). Secara tegas memang Al-Qur`an dan Al Hadist tidak menyatakan larangan.
Larangan yang jelas-jelas tersurat adalah seruan untuk tidak bertelanjang bulat ketika berhubungan seks. Juga larangan melakukan hubungan seks seperti binatang meskipun saat hal tersebut dalam konteks foreplay. Dalam hal ini seruan tersebut hanya merupakan adab (etika) saja. Karena sepasang suami istri diperbolehkan melihat semua bagian tubuh pasangannya.

Namun, bila perbuatan tersebut tidak umum dan terkesan menjijikkan seperti hewan melakukan hubungan seks misalnya, maka sebaiknya tidak perlu dilakukan. Dikhawatirkan menimbulkan perasaan yang tidak enak antara keduanya. Kedua pasangan sebaiknya juga tidak saling memaksakan posisi-posisi tersebut bila salah satu atau keduanya menjadi tidak nyaman.

Jadi, secara prinsip sepasang suami istri boleh melakukan hubungan seks dengan cara apapun kecuali secara anal (memasukkan penis kedalam anus) dan berhubungan seks ketika istri sedang haidh atau nifas.

Minggu, 21 Desember 2008

MALAM PERTAMA

Malam pertama adalah malam dimana dua sejoli yang sebelumnya tidak saling mengenal secara mendalam akan bertemu secara intim dan melakukan hubungan seks. Yang penting harus diperhatikan, pertama adalah kamar pengantin. Kamar harus didekor dengan baik dan mendorong meningkatkan gairah seksual keduanya.

Pada saat akan bercampur, suami sudah seharusnya mengambil inisiatif terlebih dahulu. Sebab, kebutuhan suami lebih mudah diekspresikan kepada istri dengan melakukan usapan, ciuman sampai memasukkan penis kedalam vagina istrinya. Dengan kondisi fisik yang demikian, suami bisa dengan leluasa mengaturnya. Konsentrasikan perhatian pada kemesraan keduanya dalam berhubungan seks.
Berbagai gejolak emosional pada malam itu terletup. Kondisi memang mendukung untuk menimbulkan gejolak itu, ditambah badan letih akibat acara resepsi di siang hari. Oleh karena itu, disarankan untuk melakukan hubungan seks pertamanya pada hari kedua atau ketiga di mana rasa lelah dan letihnya sudah hilang dan jiwapun sudah tenang.
Perlu diketahui, biasanya hubungan seks di malam pertama ini sering menemui kegagalan. Ini tidak perlu dirisaukan dan membuat trauma. Bisa dimengerti kedua pasangan sama sekali belum berpengalaman dan baru saling mengenal organ tubuh pasangannya. Bagaimana mungkin dalam waktu semalam sepasangan suami istri bisa ahli melakukan sesuatu yang asing dan penuh gejolak ini. Kondisi inilah yang harus dimengerti kedua belah pihak sehingga tidak saling menyalahkan satu sama lain apabila tidak memuaskan.

Mulailah dengan melakukan usapan-usapan, saling merayu dan melakukan ciuman-ciuman yang hangat. Disinilah gunanya foreplay pada malam pertama. Suami akan memberikan bimbingan dan ketenangan bagi istrinya dalam proses hubungan seks ini sehingga mereka bisa melaju bersama mendapatkan puncak kenikmatan. Pada malam pertama tersebut, tidak perlu harus terjadi penetrasi. Bermain-main saja sudah cukup bagi pasangan baru tersebut. Baru pada hari ketiga atau keempat, setelah mengenal karakteristik seksual masing-masing, penetrasi bisa dilakukan. Vagina pun sudah terbiasa merenggang sehingga bisa dengan mudah menerima masuknya penis suami.

Saling memahami perasaan kedua belah pihak harus selalu dilakukan. Karena suami yang mengambil inisiatif, tanyakan pada istri posisi mana yang enak. Biasanya pada hubungan pertama ini posisi berhadapan suami diatas dan istri dibawah. Bila perlu, taruhlah bantal dibawah pantat istri. Posisi ini memudahkan penis untuk masuk kedalam vagina. Setelah melakukan foreplay sampai ‘hangat’, suami harus menanyakan pada istrinya apakah siap bila penisnya dimasukkan. Bila istri merasa vaginanya sudah merenggang dan basah oleh cairan pembasah maka ia udah siap menerima penis secara fisik. Suami harus sabar bila secara kejiwaan istri belum siap menerima penisnya. Pada saat suami menembus liang vagina, penisnya akan merobek selaput dara yang selama ini menjadi lambang kegadisannya. Perobekan ini tidak selalu membawa pada pendarahan. Sehingga suami tidak perlu curiga apabila saat penetrasi itu tidak keluar darah dan kemudian berpikir yang bukan-bukan terhadap istrinya. Dan jangan sekali-kali hal itu diungkap atau dibicarakan saat berhubungan seks pada malam itu. Ketersinggungan istri akan membuat hubungan buruk menimpa mereka.

Kondisi selaput dara yang sudah robek sebelum malam pertama memang banyak sebabnya, seperti kebiasaan istri berolah raga keras seperti bela diri, mengendarai kuda, bersepeda, atau kegiatan yang banyak gerak sekitar selangkangannya. Jadi tidak harus karena hubungan seks. Pokoknya dalam berhubungan seks, berlakulah sebijak mungkin. Bila ada sesuatu yang kurang menyenangkan atau menimbulkan rasa sakit, mintalah maaf dan jangan diteruskan.

Pada hubungan seks pertama usahakan dengan sabar keduanya dapat mencapai orgasme. Tapi jangan terlalu dipaksa. Orgasme yang diperoleh pada malam pertama akan memberikan kesan yang mendalam dalam kehidupan rumah tangga selanjutnya. Tapi bila gagal, kedua pasangan tidak perlu menyesalinya. Suami harus pandai menghibur istri dengan mengatakan bahwa ia mencintai istrinya, mencium-ciumnya dengan mesra, dan mengatakan, “kita akan coba lagi, sayang”. Istri yang diperlakukan demikian akan tenang dan tertidur pulas dengan bahagia, walaupun puncak asmaranya tidak tercapai malam itu.

Singkatnya, malam pertama adalah puncak dari segala kegiatan acara resepsi pernikahan. Segala harapan akan keindahan bertumpu pada malam itu. Gejolak asmara dan birahi akan meluap-luap pada saat yang dinanti-nantikan itu. Namun yang perlu disadari, harapan itu bisa saja tidak terpenuhi pada malam pertama. Mereka harus yakin puncak kenikmatan seksual akan didapatkannya pada hari-hari berikutnya.